Indonesia — Aquaman and the Lost Kingdom ternyata tidak terlalu spesial walau mengemban tugas mengakhiri waralaba DC Extended Universe (DCEU). Sekuel itu hanya melanjutkan cerita Aquaman setelah menjadi Raja Atlantis tanpa dampak signifikan bagi saga tersebut.
Meski begitu, saya tak terlalu kecewa dengan suguhan James Wan kali ini. Ekspektasi yang tidak terlalu tinggi mungkin membantu film itu menjadi mudah dinikmati hingga akhir.
Aquaman and the Lost Kingdom mengusung ide cerita yang sebenarnya jamak ditemui dalam berbagai sekuel superhero.
Setelah mengisahkan perjalanan Arthur Curry (Jason Momoa) dari bukan siapa-siapa menjadi Aquaman, cerita beranjak membahas upaya sang pahlawan super membuktikan diri layak menjadi Raja Atlantis.
Premis sekuel itu, bagi saya, justru terasa lebih ringan dibanding film pertama. Aquaman and the Lost Kingdom malah tak banyak bicara soal intrik politik yang dapat meruntuhkan takhta Arthur Curry.
James Wan kemudian menghadirkan Black Manta (Yahya Abdul-Mateen II) sebagai villain dan ancaman bagi Aquaman serta Atlantis. Saya menyayangkan penulisan karakter Manta yang kurang mengesankan untuk menjadi villain.
Ia tak memberikan ancaman yang benar-benar signifikan, setidaknya hingga setengah jam pertama. Motivasi Manta untuk membalaskan dendam kematian ayahnya juga hanya diulas secara terbatas.
Padahal, ia sudah familiar di mata fan karena muncul dari film pertama. Akting Yahya Abdul-Mateen II juga begitu apik dalam menunjukkan dendam serta kebengisannya.
Cerita itu untungnya dapat diselamatkan oleh kisah Arthur dan Orm (Patrick Wilson). James Wan mampu mengemas cerita yang memusatkan perhatian kepada kakak beradik tersebut.
Hubungan Arthur dengan Orm juga mengalami pendewasaan pada sekuel ini. Antipati kakak beradik yang semula bermusuhan itu perlahan luruh hingga akhirnya menjadi dekat.
Aquaman and the Lost Kingdom akhirnya terasa seperti buddy movie yang menghadirkan banyak momen bromance. Momen-momen itu pun dikemas dengan sentuhan komedi, sehingga mengundang gelak tawa.
Penampilan Jason Momoa dan Patrick Wilson berhasil mengangkat film ini menjadi amat menghibur. Keduanya sukses memperlihatkan hubungan saudara yang sesungguhnya saling peduli, tetapi banyak diliputi gengsi.
Aksi Momoa sebagai Aquaman mengingatkan saya dengan Chris Hemsworth sebagai Thor di saga seberang. Mereka memiliki deskripsi karakter yang mirip: tubuh berotot, rambut lebat nan badai, serta penuh kelakuan jenaka.
Sementara itu, Patrick Wilson membawa Orm menjadi karakter yang berhasil mendapatkan simpati penonton.
Karakter Orm berkembang menjadi jauh lebih dewasa dibanding film pertama. Wilson juga mampu mempertegas nuansa karakter Orm yang menghadapi situasi benci jadi cinta kepada Arthur Curry.
Keseruan itu sayangnya tidak didukung dengan keunggulan aspek-aspek lain. Aquaman and the Lost Kingdom memangkas banyak logika cerita, terutama ketika mengaitkan dunia daratan dan lautan.
Tengok saja saat cerita menampilkanĀ OrmĀ kikuk beradaptasi di dunia daratan yang terasa tanggung-tanggung. Ia terlihat bingung saat mencoba berlari serta tak tahu makanan yang ada di daratan, tetapi terlihat biasa saja dalam adegan lain.
Saya menduga itu bisa terjadi lantaran James Wan tergesa-gesa dalam menjahit cerita. Dugaan itu pun semakin kuat ketika film ini berakhir dengan klimaks yang lewat begitu saja.
Meski begitu, saya terkesan dengan adegan bertarung Aquaman dan Manta di ujung film. Adegan itu menyuguhkan pertarungan jarak dekat dengan koreografi menawan, serta pengambilan gambar yang bervariasi.
Urusan teknis juga tak sepenuhnya memuaskan. Efek CGI tampaknya menjadi momok yang tidak sanggup diatasi tim VFX Aquaman and the Lost Kingdom.
James Wan tampak berusaha mengeksplorasi kerajaan Atlantis dengan berbagai detail. Namun, saat bangsa bawah laut itu muncul sebagai latar cerita, eksekusinya justru kurang memuaskan.
Berbagai efek visual yang disajikan terasa begitu kasar, bahkan sejak kuda laut milik Aquaman muncul di awal cerita. Efek CGI dan animasi yang mengecewakan itu pun konsisten hingga akhir film.
Hal lain yang patut disorot yakni banyaknya adegan mengagetkan bak jumpscare dari James Wan. Saya sempat terkejut karena James Wan ternyata bisa menyelipkan adegan semacam itu dalam Aquaman 2.
Mungkin saja, ini merupakan sinyal dari Wan bahwa ia sesungguhnya rindu mengerjakan film-film horor.
Aquaman and the Lost Kingdom bukanlah film superhero yang bagus, tetapi juga tak bisa dikatakan jelek. Film ini hanya patut untuk dijadikan hiburan akhir pekan, terutama bagi pencinta cerita superhero ringan atau buddy movie yang penuh suguhan bromance.
Related Keyword:
+ There are no comments
Add yours