Jakarta Saroo (Sunny Pawar) bercita-cita menjadi sidekick tangguh bak Robin untuk sang Batman, Guddu (Abhishek Bharate), kakaknya. Di samping sang abang, tubuh kecilnya seakan kuat menanggung apa saja. Entah mengangkat sepeda yang besarnya berkali lipat badannya, sampai melompat dari kereta api batu bara yang sedang melaju.
Karena itulah, satu hari ia memaksa ikut sang kakak yang ingin mencari uang untuk membantu ibunya di malam hari. Perkataan Guddu bahwa ia masih kecil, masuk kuping kanan keluar kuping kiri Saroo. Guddu menyerah, ia mengajak serta sang adik ke tempatnya bekerja.
Nahasnya, di stasiun kereta api mereka terpisah. Saroo terbawa dalam kereta api, ribuan kilometer dari abang dan kampung halamannya.
Sendirian di tempat antah berantah, yang bahasanya bahkan tak ia mengerti, Saroo hidup terlunta-lunta. Apakah Saroo dapat kembali berjumpa dengan kakak dan keluarganya? Kisah Saroo yang menguras emosi, dikulik dalam film Lion.
Diangkat dari Kisah Nyata
Cerita Saroo, mungkin bisa dengan mudah membuat penonton ikut merasa pilu. Namun, efeknya bakal lebih dahsyat lagi saat Anda tahu bahwa film ini, diangkat dari kisah nyata.
Saroo Brierly, menceritakan perjalanan traumatisnya dalam sebuah buku non fiksi berjudul A Long Way Home, yang dirilis dua tahun lalu. Dan akhirnya, buku ini diangkat menjadi sebuah film bertajuk Lion, yang diputar secara perdana di Toronto International Film Festival pada September tahun lalu.
Meski diarahkan oleh sutradara debutan di film panjang, Garth Davis, film ini ternyata mendapat apreasiasi yang hangat dari kritikus. Film ini bahkan mendapat tiga nominasi Golden Globes 2017 dan enam nominasi Piala Oscar. Bahkan dalam Oscar yang diselenggarakan Februari mendatang ini, Lion masuk sebagai salah satu kandidat Film Terbaik tahun ini.
Selain aktor India yang disebut di atas, film ini juga dibintangi bintang top Hollywood seperti Nicole Kidman, Rooney Mara, dan pemeran Saroo dewasa, Dev Patel.
Sunny Pawar, si Saroo Kecil yang Memesona
Penampilan Nicole Kidman dalam film ini, tak usah diragukan. Begitu juga dengan Dev Patel dengan logat Australianya yang terdengar paten.
Namun tanpa disangka, yang benar-benar berkilau di film ini adalah Sunny Pawar, bocah delapan tahun yang memerankan Saroo kecil. Setengah bagian awal film Lion, benar-benar dibebankan pada performa Sunny. Dan ia mengeksekusinya dengan sangat brilian.
Bocah sekecil itu, yang belum punya pengalaman bermain film sebelumnya, berhasil menyampaikan emosi karakter Saroo yang begitu rumit. Hebatnya lagi, ia mengungkapkannya tanpa banyak dialog—namun bahasa tubuhnya yang berbicara.
Lewat mata yang bersinar karena melihat jelebi—jajanan pasar yang tak sanggup dibeli Guddu. Rasa takut hingga frustasi yang berubah jadi kepasrahan saat terpisah dengan sang kakak. Atau saat ia pertama kali menyisir rumah pasangan Brierley dengan hati-hati.
Performa Sunny Pawar, ditambah dengan plot yang dramatis, membuat setengah awal film terasa begitu kuat. Yang sayangnya, hal ini susah diperoleh kembali di setengah bagian akhir Lion.
Dev Patel berhasil membawa keguncangan jiwa seorang pria muda terhadap masa lalu yang sempat mengendap dalam jiwanya. Ikatan yang diperlihatkan Saroo dewasa dan Sue Brierly, yang diperankan Nicole Kidman, juga terasa cukup menghangatkan.
Namun di beberapa bagian, percabangan plot terasa sedikit berpanjang-panjang, terutama yang berbicara tentang kekasih Saroo, Lucy (Rooney Mara). Bila saja film ini fokus pada dinamika keluarga Saroo atau krisis identitasnya, bisa jadi film ini akan menjadi sekuat bagian awalnya.
+ There are no comments
Add yours