Jakarta “Kamu pakai gaun, kamu ditemani hewan peliharaan, tentu saja kamu seorang putri,” kata Maui, si manusia setengah dewa dengan gayanya yang menyebalkan.
“Aku bukan putri. Aku adalah anak kepala suku!” ujar Moana, membalas perkataan Maui dengan sengit.
Ya, Moana, tokoh utama dalam film animasi terbaru garapan Disney yang baru saja rilis ini, sepertinya punya hak untuk membantah orang yang menyebutnya sebagai seorang putri. Apalagi, ia memang berbeda jauh dari tipikal putri Disney.
Satu hal yang paling mendasar, Moana bukanlah cerita soal gadis muda yang bertemu dengan pria pujaannya. Moana adalah kisah seorang gadis yang tengah mencari makna dan tujuan hidupnya di dunia ini.
Moana (Auli’i Cravalho) adalah putri dari seorang kepala suku di pulau tropis yang sejak kecil terpesona pada laut. Sayang sang ayah selalu melarangnya berdekatan dengan laut lepas. Menurut sang kepala suku, hidup mereka telah digenapi oleh segala hasil kebun di pulau. Tak perlu menyusuri laut yang penuh dengan bahaya. Namun satu ketika, malapetaka hadir di pulau mereka.
Hasil panen gagal, ikan yang ditangkap di tepi pantai menghilang. Moana mempercayai kisah turun temurun dari sang nenek (Rachel House) bahwa bala ini datang karena sang ibu bumi, Te Fiti, telah kehilangan hatinya—sebuah batu hijau penuh tuah. Menurutnya, satu-satunya cara mencegah bencana meluas, adalah mengembalikan jantung tersebut pada Te Fiti.
Membangkang dari perintah ayahnya, Moana kemudian nekat berlayar di laut lepas.Tak hanya memenuhi panggilan jiwanya, ia juga meminta bantuan pada manusia setengah dewa bernama Maui yang kini hidup terasing untuk mengembalikan jantung Te Fiti.
Bukan yang Pertama
Sejatinya, Moana bukanlah karakter perempuan pertama yang mendobrak tradisi Disney. Mulan telah masuk dalam dunia kaum lelaki, terjun ke medan perang. Merida, Anna dan Elsa juga lebih membicarakan soal hubungan cinta kasih dalam keluarga. Lalu apa lagi yang istimewa dari Moana?
Jawabannya sederhana: Moana adalah karakter yang berasal dari Oseania, satu wilayah yang jarang dijamah film animasi panjang Disney, selain Lilo and Stitch yang berlatar di Hawaii. Apalagi, sejauh ini baru ada empat karakter kulit berwarna dari barisan “Disney Princess”.
Meski sebelumnya telah ada karakter kulit berwarna, ada satu keunikan lain dari Moana. Yaitu desain karakternya yang mendobrak “pakem” gadis-gadis muda Disney. Tak hanya perkara jenis rambut dan warna kulit, coba perhatikan bentuk tubuh Moana. Hidungnya tak mungil, pinggang tak terlalu langsing, lengan dan kakinya pun tak sejenjang putri Disney lain. Dengan kata lain, Moana menawarkan satu gagasan baru mengenai tubuh perempuan Disney.
Kehadiran Moana, bisa dipastikan sebuah kabar gembira bagi feminis. Tak hanya premis bahwa seorang perempuan muda tengah mencari jati dirinya dan berperan aktif dalam masyarakatnya. Namun juga keberadaan Moana sebagai seorang calon kepala suku, tak pernah satu kali pun dipertanyakan dalam film ini.
Tak cuma itu. Moana memang masuk ke peran-peran ‘maskulin’, tapi sebagai penyeimbang ada juga karakter perempuan lain yang cukup kuat dan mengambil peran feminin, seperti Gramma Tala dan sang ibu bumi, Te Fiti.
Film yang Menyenangkan
Tak sulit menyimpulkan bahwa Moana adalah film yang menyenangkan untuk ditonton. Dari segi visual, palet warna dan karakter yang hadir dalam film garapan duo sutradara Ron Clements dan Don Hall ini sangat manis di mata. Karakter yang dihadirkan pun mudah menggaet hati penonton, termasuk Hei Hei, si ayam jago yang pikirannya sedikit korsleting.
Film animasi Disney tak lengkap tanpa nyanyian, begitu pula Moana. Yang istimewa, lagu-lagu dalam film ini begitu kental dengan atmosfer pulau-pulau Oseania. Beberapa lagu mengawinkan rancaknya tetabuhan dengan musik yang lebih ngepop, sementara lagu lainnya terasa nuansa yang lebih otentik dari budaya suku-suku yang bermukim dekat garis khatulistiwa ini.
Auli’i Cravalho, gadis muda asli Hawaii yang mengisi suara Moana, juga berhasil mengantarkan beragam ekspresi dan emosi karakternya dengan baik. Sementara Dwayne “The Rock” Johnson, juga cukup sukses mengeksekusi karakter Maui yang sedikit narsis. Hanya saja, ikatan antara Moana dan Maui terjalin dengan tiba-tiba, hingga terasa sedikit prematur.
Secara keseluruhan, Moana adalah film yang ramah untuk ditonton bersama seluruh keluarga. Malah, film ini bisa jadi penyeimbang dari dongeng putri-putrian seragam yang selama ini memborbardir para penonton cilik.
+ There are no comments
Add yours