Jakarta – Nama Tarzan tentu sudah tak asing lagi bagi hampir semua orang di dunia ini. Karakter yang berasal dari novel Tarzan of the Apes karya Edgar Rice Burroughs itu, memiliki mitologi yang cukup menarik.
Kehidupan Tarzan di dalam hutan dan kisah cintanya dengan Jane Porter telah melegenda di seluruh penjuru Bumi. Kisahnya bahkan telah diangkat ke berbagai film, animasi, hingga serial televisi populer.
Seolah tak mau ketinggalan, Warner Bros. Pictures merilis film The Legend of Tarzan yang saat ini sudah tayang di bioskop-bioskop Indonesia. Penonton pun berharap bisa merasakan atmosfir yang berbeda dari si Raja Rimba. Namun seperti apa film ini seutuhnya?
The Legend of Tarzan bertindak sebagai daur ulang dari kisah-kisah si Raja Rimba yang belum pernah ada sebelumnya. Film ini berlatar di tahun 1880-an dan kembali memperkenalkan John Clayton III alias Tarzan, diasuh oleh para primata di hutan Rimba Afrika.
Ayahnya yang merupakan bangsawan Inggris, berkunjung ke Kongo bersama keluarga untuk urusan bisnis. Karena beberapa kejadian, John malah terdampar di hutan dan diasuh oleh para primata setempat. Ternyata, kehadiran tokoh dari Belgia yang korupsi, Leon Rom, membuat semua keadaan menjadi runyam.
John akhirnya berkenalan dengan Jane yang akhirnya menjadi pendamping hidupnya. Kisah lalu bergulir pada perpisahan keduanya dan upaya untuk melenyapkan niat jahat Leon Rom.
Legend of Tarzan setidaknya mampu memuaskan para pecinta film yang ingin melihat petualangan si Raja Rimba dari sudut yang lebih luas. Cara sutradara David Yates mengemas adegan laga dalam film ini juga dirasa cukup apik dan seru.
Namun hal tersebut tidak diimbangi oleh performa beberapa pemainnya yang dirasa kurang mendapat chemistry. Di beberapa adegan, misalnya unsur humor dari satu aktor tidak disahut dengan baik oleh lawan mainnya.
Lalu, permasalahan yang harusnya terlihat krusial malah dibuat terlalu sederhana. Sehingga apa yang telah dibangun sejak awal tak memberikan dampak yang luas bagi cerita dan tidak mengguncang penonton sama sekali.
Alhasil, The Legend of Tarzan menjadi sebuah tontonan yang dirasa agak klise bagi beberapa penikmat film. Bahkan kalau dibuatkan sekuel pun rasanya film ini sudah hambar untuk dihidupkan menjadi sebuah franchise.
Namun jangan khawatir, kita masih bisa melihat lolongan Tarzan dan aksinya saat berayun yang lebih gagah. Tubuh Alexander Skarsgard juga dirasa pas dengan aksi dan watak liarnya meskipun aktingnya terlihat seperti kurang hidup. Justru Margot Robbie dan Samuel L. Jackson yang aktingnya layak menuai pujian.
Sebaik dan sekurang apapun The Legend of Tarzan, bagi yang menginginkan gambaran hutan rimba yang lebih buas ketimbang The Jungle Book, rasanya boleh juga menyaksikan film ini di bioskop.
+ There are no comments
Add yours