Sebagai adapatasi dari film yang populer di era 70-an, Ali Topan (2024) menjadi drama aksi Indonesia terbaru yang menyoroti sejumlah permasalahan anak muda Indonesia yang rupanya tak berubah dari dahulu hingga saat ini.
Didukung oleh totalitas akting dari sang bintang utama Jefri Nichol yang berperan sebagai Ali Topan, film yang tayang di bioskop Indonesia mulai Rabu (14/2/2024) ini cukup menghibur meski memiliki alur cerita yang biasa-biasa saja.
Sama seperti Ali Topan Anak Jalanan (1973), film ini menceritakan kisah Ali Topan yang merepresentasikan sebagai generasi muda pembangkang yang memiliki latar belakang keluarga bermasalah. Meski berasal dari keluarga konstruktor ternama, ayah Ali kerap selingkuh dengan perempuan lain, yang membuat ibunya mabuk-mabukan.
Hal itu menjadikan Ali Topan lebih banyak menghabiskan kesehariannya di komunitas seni bawah tanah pimpinan Opung Brotpang (Ari Sihasale). Suatu ketika ia bertemu dengan Anna Karenina (Lutesha), gadis dari keluarga konglomerat properti Jakarta yang juga memiliki jiwa pembangkang.
Berbeda dengan Ali yang merasa diabaikan oleh keluarganya, Anna justru merasa keluarganya terlalu banyak mencampuri kehidupan pribadinya, khususnya setelah sang kakak, Ika (Widika Darsih Sidmore) melarikan diri dari rumah. Perhatian berlebih ini justru menjadikan Anna memiliki sikap pembangkang sama seperti Ali Topan.
Permasalahan muncul setelah komunitas seni yang digandrungi Ali dicap sebagai perusuh, dengan salah satu anggotanya Bobby (Omara N Esteghlal) membawa kabur uang hasil konser. Ali yang berusaha mencari Bobby, pergi bersama Anna yang juga berusaha mencari Ika ke daerah Jawa, mengakibatkan Ali diburu dan ditetapkan tersangka penculikan.
Sebagai film yang berusaha mengangkat permasalahan sosial anak muda, film garapan sutradara Sidharta Tata itu dikemas secara apik melalui tema-tema kekinian, khususnya melalui lagu-lagu underground yang tersemat dalam film. Meski narasi cerita terkesan mudah ditebak, intensitas dalam film dapat dijaga dengan baik membuat film berdurasi 115 menit itu tak terlalu membosankan.
Akting Jefri Nichol sebagai Ali Topan juga terlihat total dan natural, mungkin juga dipengaruhi citra Jefri di kehidupan nyata. Romantisme yang terjalin antara Ali dan Anna juga membuat penonton terhibur, khususnya dengan lelucon dan gombal ala anak-anak Jakarta Selatan, tepatnya Blok M.
Beberapa adegan perkelahian dan kejar-kejaran juga disusun secara pas, menjadikan film ini layak dikategorikan sebagai film aksi ketimbang drama. Hal ini didukung dengan latar musik dan efek suara yang menambah intensitas beberapa adegan aksi dalam film.
Intinya, pesan sosial yang ingin disampaikan lewat film Ali Topan dapat tersampaikan dengan baik ke penonton. Ali Topan menjadi alternatif tersendiri untuk penonton film Tanah Air yang saat ini terlalu banyak disuguhkan film-film bergenre horor.
bandar togel online
slot gacor gampang menang
dana toto
situs toto
scatter hitam
+ There are no comments
Add yours