Jakarta Kepopuleran film The Maze Runner yang diangkat dari kisah novel karya James Dashner, akhirnya telah memiliki sekuel yang baru saja tayang di bioskop Indonesia pada hari ini (11/9/2015). Tentu saja, aksi dan petualangan yang tak kalah seru disajikan di dalam film bertajuk Maze Runner: The Scorch Trials ini.
Melihat akhir kisah film pertama, tentunya penonton sudah bisa menduga kalau franchise ini akan memiliki dua buah sekuel ke depannya, mirip dengan versi novel. Terlebih lagi, nuansa ala Divergent dan The Hunger Games pun sangat terasa, namun dengan tema persahabatan yang sangat kental.
Menelusuri alur ceritanya, setelah Thomas dan kawan-kawannya sesama Gladers lolos dari labirin maut di film pertama, mereka lalu singgah di sebuah kamp tengah gurun milik organisasi W.C.K.D pimpinan Janson. Alhasil, harapan akan kehidupan baru yang lebih baik pun merekah di dalam diri masing-masing.
Sayangnya setelah menemui satu kenyataan yang mengejutkan, akhirnya Thomas, Min Ho, Newt, Teresa, Winston, dan Frypan terlempar ke sebuah tempat bernama Scorch Trial. Di situ, mereka menemukan kehidupan baru yang belum pernah mereka temui sebelumnya.
Bersama teman baru mereka, Aris Jones, Thomas dan kawan-kawan memiliki misi baru untuk mengakhiri kenyataan buruk yang menimpa orang-orang muda seusia mereka. Turut ditemani oleh rekan baru bernama Brenda dan Jorge, akhirnya jalan menuju harapan baru pun terbuka lebar. Akan tetapi, satu benalu tumbuh di antara mereka untuk memupuskan harapan itu.
Menyimak keseluruhan filmnya, The Scorch Trials punya satu kelebihan yang sangat menarik untuk menjadi bahan tontonan. Film ini memadukan unsur ketegangan sekaligus aksi kejar-kejaran yang jarang dimiliki oleh judul-judul lain.
Memang pada awalnya kita hanya disuguhi oleh lingkungan tertutup, namun setelah para Gladers keluar, pemandangan kehancuran kota dengan visualisasi menakjubkan terpampang di layar lebar.
Apalagi, Thomas dan kawan-kawan harus berhadapan dengan makhluk-makhluk baru yang lebih mirip dengan manusia. Sehingga, tingkat ketegangan pun sangat terasa.
Satu keunggulan lagi dalam film ini adalah unsur persahabatan yang sangat kental. Menambah tingkat drama di dalamnya semakin kuat. Kita akan menyaksikan adegan ketika Thomas mengenang beberapa temannya dari film pertama yang tak mampu mengikuti jejaknya.
Berbagai adegan laga di dalamnya pun tidak terlalu kaku dan layak untuk disaksikan. Mungkin kekurangan film ini adalah unsur kejutannya yang boleh dibilang mengada-ada.
Contohnya adalah ketika kita melihat beberapa karakter sepertinya sudah berada di tempat yang aman, namun ternyata sejak masuk tadi, mereka sudah berada di dalam ‘kandang macan’. Satu konsep yang tentunya agak mengernyitkan dahi bagi beberapa penonton yang sangat jeli.
Beberapa kekurangan lain adalah akting para pemain utama ketika mereka lolos dari bahaya yang kurang total dalam menyisakan rasa lelah atau takut. Tampak juga penampilan aktor atau aktris antagonis yang masih agak naif untuk dibilang sebagai penjahat.
Terlepas dari semua kekurangan itu, Maze Runner: The Scorch Trials sangat layak dijajal oleh para pecinta film berjenis laga, petualangan, dan fiksi ilmiah sekaligus. Perjalanan beberapa karakter ke berbagai tempat berbeda yang menyegarkan mata, membuat film ini terasa luar biasa. Singkat kata, Maze Runner: The Scorch Trials masih layak untuk ditonton dan tidak semengecewakan beberapa film adaptasi novel sejenisnya. (Rul/Ade)
+ There are no comments
Add yours