Jakarta Dunia perfilman Korea Selatan kembali menghadirkan karya yang mengguncang dengan perilisan “The Call” pada tahun 2020. Film yang disutradarai oleh Lee Chung-hyun ini menggabungkan elemen thriller psikologis dengan fantasi perjalanan waktu, menghasilkan narasi yang mencekam dan penuh teka-teki. Dibintangi oleh aktris ternama Park Shin-hye dan pendatang baru yang berbakat Jeon Jong-seo, “The Call” menawarkan pengalaman menonton yang intens dan tak terlupakan.
Sebagai debut penyutradaraan panjang Lee Chung-hyun, film ini berhasil memukau penonton dengan premis uniknya. Diadaptasi dari film Inggris-Puerto Rico berjudul “The Caller” (2011), “The Call” mengambil konsep dasar yang sama namun mengembangkannya dengan sentuhan Korea yang khas. Hasilnya adalah sebuah thriller yang tidak hanya mengandalkan ketegangan, tetapi juga mengeksplorasi tema-tema mendalam seperti takdir, pilihan, dan konsekuensi dari tindakan kita.
“The Call” mengajak penonton untuk memikirkan kembali konsep waktu dan bagaimana masa lalu dapat mempengaruhi masa depan. Melalui plot yang rumit namun terstruktur dengan baik, film ini menantang pemahaman konvensional kita tentang sebab-akibat dan linearitas waktu. Penonton akan dibawa dalam perjalanan emosional yang intens, dipenuhi dengan momen-momen mengejutkan dan plot twist yang tak terduga.
Dengan durasi 112 menit, “The Call” berhasil menjaga intensitas dan ketegangan dari awal hingga akhir. Film ini tidak hanya menawarkan hiburan, tetapi juga mengundang penonton untuk merenungkan implikasi moral dan filosofis dari kemampuan untuk mengubah masa lalu. Mari kita telusuri lebih dalam elemen-elemen yang membuat “The Call” menjadi salah satu film thriller Korea yang paling dibicarakan dalam beberapa tahun terakhir.
Lalu apakah film ini layak untuk masuk dalam watch list? Simak ulasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (5/8/2024).
Sinopsis Singkat The Call
“The Call” berpusat pada Kim Seo-yeon (Park Shin-hye), seorang wanita muda yang kembali ke rumah masa kecilnya di pedesaan. Di sana, ia menemukan sebuah telepon tua yang anehnya dapat menghubungkannya dengan Oh Young-sook (Jeon Jong-seo), seorang gadis yang tinggal di rumah yang sama namun 20 tahun yang lalu. Awalnya, kedua wanita ini menjalin persahabatan yang tidak biasa melintasi waktu.
Seo-yeon, yang telah kehilangan ayahnya dalam sebuah tragedi di masa lalu, melihat kesempatan untuk mengubah nasibnya melalui koneksi ini. Ia meminta Young-sook untuk menyelamatkan ayahnya dari kematian. Sebagai balasannya, Seo-yeon berjanji untuk membantu Young-sook menghindari bahaya yang mengancam hidupnya di masa lalu.
Namun, hubungan mereka segera berubah menjadi permainan kucing dan tikus yang mematikan ketika rahasia kelam terungkap. Young-sook ternyata memiliki sisi gelap yang tidak terduga, dan perubahan yang mereka buat di masa lalu mulai mengubah realitas Seo-yeon secara drastis. Kedua wanita ini terjebak dalam pertarungan melintasi waktu, di mana setiap tindakan memiliki konsekuensi yang jauh lebih besar dari yang mereka bayangkan.
Seo-yeon harus berjuang tidak hanya untuk menyelamatkan dirinya sendiri, tetapi juga untuk melindungi orang-orang yang dicintainya dari ancaman yang datang dari masa lalu. Setiap panggilan telepon bisa menjadi penentu hidup dan mati, menciptakan ketegangan yang terus meningkat seiring berjalannya cerita.
Analisis Tema dan Genre Film The Call
“The Call” dengan cerdik menggabungkan elemen-elemen thriller psikologis dengan konsep perjalanan waktu, menciptakan sub-genre yang unik dalam dunia film Korea. Film ini mengeksplorasi beberapa tema utama yang saling terkait, memberikan kedalaman pada narasi yang sudah kompleks.
Salah satu tema sentral adalah konsep takdir dan kemampuan manusia untuk mengubahnya. Melalui interaksi Seo-yeon dan Young-sook, film ini mengajukan pertanyaan: Jika kita bisa mengubah masa lalu, haruskah kita melakukannya? Dan apa konsekuensi dari tindakan tersebut? Tema ini dieksekusi dengan brilian, menunjukkan bagaimana perubahan kecil di masa lalu dapat menghasilkan efek yang luas dan tak terduga di masa depan.
Film ini juga mengeksplorasi dualitas karakter manusia. Young-sook, yang awalnya tampak sebagai teman dan sekutu, perlahan-lahan mengungkapkan sisi gelapnya. Transformasi ini tidak hanya menciptakan ketegangan dalam plot, tetapi juga memicu diskusi tentang sifat baik dan jahat dalam diri manusia.
Aspek thriller dalam film ini diperkuat oleh elemen misteri dan suspense yang terus dibangun. Penonton dibuat tegang dengan setiap panggilan telepon, tidak pernah tahu apakah akan membawa kabar baik atau ancaman baru. Lee Chung-hyun dengan mahir memainkan ekspektasi penonton, menciptakan atmosfer ketidakpastian yang konstan.
Elemen fantasi dalam “The Call” digunakan dengan bijak, berfungsi lebih dari sekadar alat plot. Konsep komunikasi lintas waktu menjadi metafora untuk melihat bagaimana masa lalu kita membentuk siapa kita sekarang, dan bagaimana pilihan yang kita buat hari ini dapat mempengaruhi masa depan kita.
Penampilan Akting dalam Film The Call
Kekuatan “The Call” sebagian besar terletak pada penampilan luar biasa dari dua aktris utamanya. Park Shin-hye, yang dikenal dengan perannya dalam drama romantis, menunjukkan sisi baru dari kemampuan aktingnya sebagai Seo-yeon. Ia berhasil menggambarkan transformasi karakternya dari seorang wanita muda yang penuh harapan menjadi seseorang yang terjebak dalam perjuangan hidup dan mati dengan meyakinkan.
Namun, yang benar-benar mencuri perhatian adalah Jeon Jong-seo dalam perannya sebagai Young-sook. Aktris muda ini memberikan penampilan yang menakutkan dan kompleks, menggambarkan perjalanan karakternya dari seorang gadis yang tampaknya polos menjadi antagonis yang mengerikan. Kemampuannya untuk beralih antara kerentanan dan kekejaman dengan mudah menciptakan karakter yang tak terlupakan dan mengganggu.
Permainan akting antara kedua aktris ini sangat penting untuk keberhasilan film. Meskipun karakter mereka jarang berinteraksi secara langsung, hubungan mereka melalui telepon terasa nyata dan intens. Dinamika kekuasaan yang berubah antara Seo-yeon dan Young-sook memberikan lapisan tambahan pada narasi, membuat penonton terus terlibat bahkan ketika plot menjadi semakin kompleks.
Aktor pendukung seperti Kim Sung-ryung sebagai ibu Seo-yeon dan Lee El sebagai ibu tiri Young-sook juga memberikan penampilan yang solid, memberikan kedalaman tambahan pada dunia film ini.
Kualitas Produksi Film The Call
Dari segi produksi, “The Call” menunjukkan keahlian teknis yang mengesankan. Sinematografi film ini, yang dikerjakan oleh Jo Young-jik, berhasil menciptakan atmosfer yang mencekam dan klaustrofobik. Penggunaan pencahayaan yang cerdik dan komposisi frame yang cermat membantu membedakan antara dua periode waktu yang berbeda, sekaligus memperkuat suasana tegang film.
Desain produksi juga patut dipuji. Detail-detail kecil dalam set dan properti membantu membedakan antara tahun 2019 dan 1999 dengan efektif, menciptakan dua dunia yang berbeda namun terhubung. Rumah yang menjadi lokasi utama film berhasil menjadi karakter tersendiri, dengan setiap sudut dan celahnya menyimpan potensi ancaman atau rahasia.
Efek visual dalam film ini, meskipun tidak berlebihan, digunakan dengan efektif untuk mendukung narasi. Transisi antara dua periode waktu dilakukan dengan mulus, membantu penonton mengikuti alur cerita yang kompleks tanpa kebingungan.
Tata suara film ini juga layak mendapat pujian. Penggunaan suara ambien dan musik skor yang minimal namun efektif membantu membangun ketegangan dan menciptakan atmosfer yang mencekam. Pemilihan waktu yang tepat untuk keheningan dan ledakan suara membantu menciptakan momen-momen mengejutkan yang efektif.
Gaya penyutradaraan Lee Chung-hyun menunjukkan keahlian yang luar biasa untuk seorang sutradara debut. Ia berhasil menyeimbangkan elemen-elemen kompleks dari cerita – thriller, drama, dan fantasi – menjadi satu narasi yang koheren dan memikat. Penanganannya terhadap adegan-adegan kunci, terutama yang melibatkan kekerasan atau ketegangan emosional, menunjukkan kepekaan yang matang.
Skenario film, yang diadaptasi oleh Lee sendiri, layak mendapat pujian khusus. Struktur narasi yang kompleks disampaikan dengan cara yang dapat diikuti oleh penonton, meskipun penuh dengan twist dan turn. Dialog terasa alami dan autentik, membantu mengembangkan karakter dan mendorong plot maju tanpa terasa dipaksakan.
Pesan Moral dan Interpretasi
Di balik lapisan thriller dan fantasi, “The Call” menyajikan beberapa pesan moral dan filosofis yang mendalam. Salah satu tema utama adalah konsekuensi dari tindakan kita dan bagaimana pilihan yang kita buat, bahkan yang tampaknya sepele, dapat memiliki dampak besar pada hidup kita dan orang lain.
Film ini juga mengajak kita untuk merenungkan sifat takdir dan free will. Apakah masa depan kita sudah ditentukan, atau apakah kita memiliki kekuatan untuk mengubahnya? Dan jika kita memang memiliki kekuatan itu, apakah kita akan menggunakannya dengan bijak?
“The Call” juga menyoroti tema penyesalan dan keinginan untuk memperbaiki kesalahan masa lalu. Melalui perjuangan Seo-yeon untuk menyelamatkan ayahnya, film ini menggambarkan kerinduan universal untuk mengubah aspek-aspek menyakitkan dari masa lalu kita.
Ada juga eksplorasi menarik tentang sifat baik dan jahat dalam diri manusia. Transformasi Young-sook dari teman menjadi ancaman mengingatkan kita bahwa orang tidak selalu seperti yang terlihat, dan bahwa keadaan dapat mengubah seseorang secara drastis.
Akhirnya, film ini bisa dilihat sebagai alegori tentang bagaimana masa lalu kita terus mempengaruhi masa kini kita. Meskipun kita tidak dapat secara harfiah berkomunikasi dengan masa lalu seperti dalam film, tindakan dan keputusan masa lalu kita terus membentuk realitas kita saat ini.
apakah Film The Call Layak untuk Ditonton?
“The Call” telah mendapatkan tanggapan yang sebagian besar positif dari kritikus dan penonton. Banyak yang memuji keberanian film dalam menggabungkan genre dan mengeksplorasi konsep yang kompleks. Penampilan akting, terutama dari Jeon Jong-seo, mendapat pujian luas.
Kritikus Korea Yoon Min-sik dari The Korea Herald memuji film ini sebagai “thriller yang brilian yang menggabungkan elemen horor dan fiksi ilmiah.” Ia menyoroti kekuatan skenario dan pengarahan Lee Chung-hyun, menyebutnya sebagai “debut yang mengesankan.”
Beberapa kritikus internasional juga memberikan ulasan positif. Neil Young dari The Hollywood Reporter menyebut film ini “thriller Korea yang mendebarkan dan penuh kejutan,” memuji akting dan eksekusi teknisnya. Namun, beberapa kritikus merasa bahwa plot film terkadang terlalu rumit, terutama menjelang akhir. Ada juga yang berpendapat bahwa beberapa elemen fantasi kurang dijelaskan dengan baik.
Secara keseluruhan, “The Call” dianggap sebagai kontribusi yang kuat untuk genre thriller Korea, dengan banyak yang memuji keberanian film dalam mengambil risiko kreatif.
Meskipun ada beberapa kritik minor tentang kerumitan plot, kelebihan film ini jauh melebihi kekurangannya. “The Call” tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak penonton untuk merenungkan konsep-konsep besar seperti waktu, takdir, dan konsekuensi dari tindakan kita.
Bagi penggemar film thriller Korea atau siapa pun yang mencari tontonan yang menantang dan tidak konvensional, “The Call” sangat layak untuk ditonton. Film ini menjadi bukti kekuatan industri film Korea dalam menghasilkan karya-karya yang berani dan inovatif.
Dengan mempertimbangkan semua aspek tersebut, “The Call” pantas mendapatkan 4 dari 5 bintang. Ini adalah film yang akan tetap membekas dalam pikiran penonton lama setelah credit terakhir bergulir, mengundang diskusi dan interpretasi yang mendalam. Sebagai debut penyutradaraan panjang, Lee Chung-hyun telah menciptakan karya yang menjanjikan masa depan cerah bagi sinema Korea.
+ There are no comments
Add yours