Jakarta Salah satu film Hollywood baru yang tayang di bioskop pekan ini, Never Let Go. Film ini dibintangi dan diproduksi oleh Halle Berry yang meraih Piala Oscar Pemeran Utama Wanita Terbaik 2022 dalam Monster’s Ball.
Film Never Let Go yang bergenre horor, thriller dengan fondasi drama kuat melewati proses produksi yang terbilang berliku. Agustus 2020, naskah karya Kevin Coughlin dan Ryan Grassby resmi diakuisisi 21 Laps Entertainment.
Deadline pada Maret 2023 mengabarkan, April 2021, Mark Romanek diumumkan sebagai sutradara Never Let Go, yang sebelumnya berjudul Mother Land. Berganti bulan, beredar kabar Alexandre Aja menggantikan posisi Mark Romanek.
Dengan jumlah pemain hanya 10 plus seekor anjing, Never Let Go menjanjikan cerita dengan konflik intens. Berikut review film Never Let Go yang tayang di bioskop Indonesia mulai Rabu, 18 September 2024.
Ibu, 2 Anak, dan Hutan Purba
Never Let Go mengisahkan Junebug (Halle Berry) yang tinggal di rumah di tengah hutan bersama dua anak laki-lakinya, Samuel (Anthony B. Jenkins) dan Nolan (Percy Daggs IV). Mereka menyambung hidup dengan makan dari bahan pangan yang disediakan hutan.
Ada satu peraturan yang wajib dipatuhi saat keluar rumah mencari makan, tubuh harus diikat tali yang pangkalnya terkait pada fondasi rumah. Tujuannya, melindungi diri dari setan-setan hutan yang berkeliaran mencari mangsa. Suatu hari, stok makanan habis.
Hutan pun tak menghasilkan bahan pangan layak santap. Junebug beride membunuh satu-satunya anjing peliharaan lalu menggarami dagingnya agar awet selama beberapa pekan mendatang. Nolan menolak mentah-mentah ide ini hingga terjadi insiden mengerikan.
Lokasinya Rumah dan Hutan Melulu
Lebih dari 90 persen film ini menyajikan adegan di rumah dan hutan. Terasa membosankan namun tampaknya kesan jenuh inilah yang ditransfer Alexandre Aaja ke benak penonton. Mengingat, jenuh ini pula yang dirasakan Nolan dan Samuel.
Dalam jenuhnya, Samuel menggagas pemberontakan dan mencurigai kehidupan di hutan terisolasi ini hanya akal-akalan ibunda. Dialog dua bocah dan perangai ibu yang makin absurd mulai menciptakan beragam kemungkinan yang “mengganggu” penonton.
Terisolasi di Hutan
Terisolasi di hutan, tanpa tetangga, dan murni mengandalkan pemberian alam agar tetap hidup. Kondisi ini ditambah teori-teori bahwa dunia luar sudah kiamat dan yang ada di luar rumah hanya setan. Prasangka demi prasangka memperburuk keadaan.
Karakter bocah dalam film ini kebingungan membedakan manusia dari setan. Nyata dan halusinasi. Yakin dan ragu. Harapan dan menyerah. Beranjak atau bertahan. Never Let Go tak mengandalkan penampakan untuk menakut-nakuti penonton.
Teror Terbesar Dalam Drama
Teror terbesar dari drama tiga babak ini adalah kejiwaan yang diguncang memburuknya keadaan plus kecurigaan. Kecurigaan bermetamorfosis menjadi keputusan-keputusan emosional yang berujung salah langkah.
Inilah musibah yang melahirkan musibah lain. Konsistensi pengambilan gambar dan kuatnya penokohan para penghuni rumah membuat Never Let Go yang minimalis masih bisa dinikmati sampai menit-menit akhir.
Daya Tarik Halle Berry
Halle Berry adalah daya tarik yang sulit ditepis. Tampil natural dan sejak awal mempresentasikan ibu dengan beban berat di hati dan pikiran. Tampak lelah lahir batin namun naluri dasar sebagai ibu hanyalah untuk menjaga anak.
Ini tergambar jelas dari gestur, dialog, dan ekspresi sang aktris. Dalam sejumlah adegan, karakternya terasa hangat mengayomi. Di adegan-adegan lain, ia terasa berjarak dengan anak sendiri hingga memantik kecurigaan para penonton.
Performa Kuat 2 Aktor Cilik
Percy Daggs IV dan Anthony B. Jenkins juga layak disanjung untuk aksi reaksi yang solid. Karakter mereka sejak awal diperlihatkan tidak setipe dan beda dari anak-anak pada umumnya. Nolan lebih meletup-letup. Samuel lebih tunduk dan main aman.
Jika Anda sering menonton film horor, maka dengan mudah bisa menebak yang mana dari dua bocah ini yang jadi “sasaran empuk.” Never Let Go tidak buruk. Ia dengan jeli memaksimalkan hutan sebagai sumber harapan dan sarang teror lelembut. Selamat menonton.
Pemain: Halle Berry, Percy Daggs IV, Anthony B. Jenkins, Matthew Kevin Anderson, William Catlett
Produser: Shawn Levy, Dan Cohen, Alexandre Aja, Dan Levine
Sutradara: Alexandre Aja
Penulis: Kevin Coughlin, Ryan Grassby
Produksi: 21 Laps Entertainment, HalleHolly, Media Capital Technologies, Lionsgate
Durasi: 101 menit
+ There are no comments
Add yours