REVIEW Sebuah Lagu Untuk Tuhan, Film dengan Niat Mulia

REVIEW Sebuah Lagu Untuk Tuhan, Film dengan Niat Mulia

Jakarta “Kamu hadir di saat aku butuh seseorang. Aku sayang kamu..”

Syahdan, Gilang Martin (Stefan William) menyatakan cintanya pada gadis tuna rungu yang baru dikenalnya. Perkenalan mereka tanpa sengaja. Gilang salah mengambil buku diary Angel (Eriska Rein) ketika dikejar fansnya. Isinya goresan kata-kata puitis soal perenungan hidup, cinta, dan Tuhan.

Gilang sendiri sedang kacau. Kariernya sebagai musisi idola diguncang kasus korupsi ayahnya yang tertangkap KPK. Lewat puisi-puisi Angel, Gilang punya semangat kembali.

Angel sendiri meski tak sempurna, tapi punya Bunda (Dewi Yull) yang begitu menyayanginya, dan Maria (Adila Fitri), sahabatnya yang sungguh perhatian. Hidupnya cuma sedikit pahit karena ia masuk sekolah umum dan jadi korban bully Agnes (Nina Zatulini), yang membencinya tanpa alasan. Agnes, anak komisaris sekolah, punya kuasa dan sok berkuasa.

Kisahnya bermula pada suatu hari saat sekolah mereka akan mengadakan pensi. Angel mengusulkan Gilang Martin sebagai bintang tamu. Dari situ dam-diam, Gilang menaruh perhatian.

Cerita persahabatan Gilang dan Angel yang lalu berkembang jadi cinta, mengalir tenang sepanjang durasi film. Terlalu tenang sampai rasanya film ini berjalan membosankan. Hingga kemudian diketahui, Angel sakit parah lalu memutuskan Gilang tanpa alasan.

Seperti khasnya novel-novel buatan Agnes Davonar, kata-kata puitisnya tentang mensyukuri hidup dan Tuhan, film Sebuah Lagu Untuk Tuhan yang diangkat dari novelnya yang berjudul sama, juga tak lepas dari hal itu. Semua manusia cuma bisa berkehendak, tapi Tuhan yang memutuskan. Seperti Angel yang bercita-cita suatu hari ingin jadi novelis.

Tapi dengan penyakit yang dideritanya, apakah mimpinya akan terwujud?

Terlebih, seorang bocah yang bersamanya di rumah sakit mengatakan,”Kemoterapi itu tidak menyembuhkan, tapi cuma memanjangkan umur kita” membuat Angel patah harapan. Dan di saat kondisinya kritis, Gilang terpaksa meninggalkannya ke pensi. Di sinilah, “Sebuah Lagu Untuk Tuhan”-pun mengalun.

Sebuah Lagu untuk Tuhan disutradarai oleh Allyandara. Film ini memberikan subtitle agar kaum difabel, khususnya penyandang tuna rungu, bisa ikut menikmatinya. Jarang sekali ada film seperti ini. Film yang punya muatan pesan mulia di dalamnya untuk kaum dengan kondisi fisik tak sempurna. Kita, orang biasa, sepatutnya menerima subtitle bahasa Indonesia itu dengan lapang dada. Toh kita biasa baca subtitle saat nonton film asing.

Tak ada komentar apapun untuk akting pemainnya. Film jenis begini memang film spesial. Tak layak rasanya menilai meski Eriska Rein main apik di sepanjang durasi dan Stefan William terlalu sering dapat karakter normal seperti Gilang.

Sebuah Lagu Untuk Tuhan, film perenungan hidup yang berusaha memberi inspirasi untuk banyak orang. Cukup begitu saja kita meresapinya. Ini sebuah film dengan niat mulia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours