5 Film Indonesia yang Tayang di Berlinale 2025

5 Film Indonesia yang Tayang di Berlinale 2025

Yogyakarta – Berlin International Film Festival (Berlinale) telah berlangsung pada 13-23 Februari 2025. Salah satu festival film paling bergengsi di dunia ini bakal menampilkan film-film terbaik dunia, termasuk lima di antaranya adalah film Indoesia.

Tahun ini menjadi pelaksanaan Berlinale ke-75. Kontribusi film Indonesia dalam ajang ini membuktikan semakin kuatnya Indonesia di sektor industri film global.

Mengutip dari berlinale.de, berikut lima film Indonesia yang tayang di Berlinale 2025:

1. After Colossus (Berlinale Shorts)

After Colossus masuk ke dalam kategori Berlinale Shorts dalam ajang Berlinale 2025. Film ini merupakan karya sutradara Timoteus Anggawan Kusno.

Film ini mengisahkan tentang sekelompok peneliti yang menemukan sekarung dokumen misterius di tengah histeria massal atas pembunuhan yang diduga dilakukan oleh penyihir. Peristiwa ini terjadi setelah runtuhnya rezim otoriter Soeharto pada 1999.

Dokumen misterius tersebut berisi laporan yang meresahkan, foto-foto misterius, dan rekaman yang terfragmentasi. Secara bertahap, mereka mencoba menyatukan cerita tersembunyi di dalamnya.

Ternyata, terungkap sebuah proyek militer rahasia di mana anak-anak pedesaan diambil dan menjadi sasaran eksperimen rahasia dan indoktrinasi. Film fiksi berdurasi 29 menit ini dibintangi oleh Ari Dwianto, Jamaluddin Latif, Nizar Tama, Annisa Hertami, dan Berti Galang.

2. Sammi, Who Can Detach His Body Parts (Berlinale Shorts)

Selain After Colossus, ada satu film Indonesia lainnya yang masuk kategori Berlinale Shorts. Adalah film Sammi, Who Can Detach His Body Parts garapan sutradara Rein Maychaelson. Film ini mengisahkan Sammi yang terlahir dengan kemampuan yang meresahkan, yakni dapat melepaskan dan menggerakkan bagian tubuhnya sesuka hati.

Sepanjang hidupnya, Sammi membagikan potongan-potongan tersebut dengan orang-orang yang dicintainya. Tatkala ia meninggal, yang tersisa hanya batang tubuh dan kepala tanpa wajah.

Mengetahui putranya meninggal dunia, sang ibu yang bernama Lian pun memulai perjalanan putus asa untuk merebut kembali fragmen putranya yang tersebar. Ia melakukan pencarian untuk memulihkan apa yang hilang.

Film ini berdurasi 19 menit. Kisahnya dibintangi oleh Jefri Nichol, Nai Djenar Maesa Ayu, Damita Almira, Klara Virencia, dan Hatta Rahandy.

3. Little Rebels Cinema Club (Generation Kplus)

Little Rebels Cinema Club masuk dalam kategori Generation Kplus di Berlinale 2025. Film karya sutradara Khozy Rizal ini berdurasi 17 menit.

Mengambil latar era 2008 di Indonesia, film ini mengisahkan Doddy yang berusia 14 tahun. Ia menceritakan perjalanannya ke bioskop di ibu kota, Jakarta, kepada ketiga sahabatnya.

Saat itu, di tempat tinggal mereka di Parepare tidak ada bioskop. Doddy dengan fasih menceritakan plot film zombie, tetapi menolak untuk mengungkapkan akhir cerita film tersebut kepada teman-temannya.

Ia pun memiliki ide menarik. Beberapa minggu lagi, ia akan pindah ke Jakarta bersama keluarganya. Sebagai hadiah perpisahan, ia mengundang teman-temannya untuk menciptakan kembali adegan terakhir film dan merekamnya dengan kamera video.

Mereka kemudian dapat menonton hasilnya di rumahnya. Ibu Doddy pun akan membantu mendirikan bioskop.

Namun hal pertama yang harus dilakukan Doddy adalah mendapatkan kamera video milik Anji, saudara emo-nya yang sedih dan pemarah. Film ini dibintangi oleh Jordan Omar, Muzakki Ramdhan, Mian Tiara, Cleo Haura, dan Ghazy Adindra.

Mirage: Eigenstate (Forum Expanded)

4. Mirage: Eigenstate (Forum Expanded)

Film Mirage: Eigenstate masuk dalam kategori Forum Expanded dalam Berlinale 2025. Film garapan sutradara Riar Rizaldi ini dibintangi oleh Hannah Al Rashid dan Uji Hahan Handoko.

Berdurasi 30 menit, film ini menyatukan investigasi analog ke dalam sifat realitas. Mirage: Eigenstate memposisikan sains Barat hanya sebagai salah satu metodologi di antara banyaknya metodologi dalam konstelasi pandangan dunia pluralistik.

Film ini mengeksplorasi beragam interpretasi realitas, mulai dari mistisisme Sufi tropis dan monorealisme hingga teori mekanika kuantum.

5. Queer as Punk (Forum)

Queer as Punk adalah film karya sutradara Yihwen Chen. Film berdurasi 88 menit ini diproduseri oleh Yihwen Chen dan Mandy Marahimin.

Film ini merupakan hasil kolaborasi produksi dari Locke Films (Malaysia) dan Talamedia (Indonesia). Film ini menggali tema ekspresi diri, transformasi tubuh, cinta, harapan orang tua, kecemasan, dan partisipasi politik. Film ini masuk kategori Forum dalam Berlinale 2025.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours