Jakarta – Akhirnya film yang dinantikan para pecinta pahlawan super telah tiba di bioskop Indonesia, Captain America: Civil War. Lalu, apakah film ini bisa memenuhi ekspektasi para penggemar? Boleh dibilang Civil War menyuguhkan pertempuran antar superhero yang dibalut dengan bumbu drama, ketegangan, dan komedi yang porsinya pas.
Sebelum masuk ke Civil War, mari mundur sejenak dan kembali ke film-film terdahulu di franchise Marvel Cinematic Universe. Di situ, dibahas lika-liku kehidupan Tony Stark alias Iron Man dan Steve Rogers alias Captain America (Cap), dua tokoh sentral dalam Civil War ini. Kita juga tahu kerjasama mereka sebagai tim dalam The Avengers.
Tak hanya itu, garis kehidupan dan sejarah hidup keduanya saling berkaitan erat. Steve merupakan teman Howard Stark, ayah dari Tony Stark alias Iron Man. Setelah Cap terkubur di dalam es selama lebih dari 60 tahun, usianya kini lebih muda ketimbang Tony. Maka tak heran kalau Cap juga menganggap Tony Stark sebagai kawannya.
Civil War dibuka dengan sangat menarik. Aksi beberapa anggota Avengers yang dipimpin oleh Cap seolah membuat timnya layak mendapatkan pujian. Sayang, sebuah kejadian membuat pemerintah memaksa mereka untuk mendapatkan pengawasan. Setelah pemerintah mengungkit aksi-aksi mereka terdahulu, Avengers akhirnya dicap sebagai tim superhero yang tak memperhatikan nyawa orang tak berdosa saat menjalankan misinya. Bahkan, mereka bakal dianggap setara dengan penjahat dan buronan andai tak mau bekerja sama dengan pemerintah.
Dari situlah perbedaan pendapat dimulai. Tony yang merasa bersalah atas korban jiwa di setiap lokasi aksi Avengers, menyepakati perjanjian dengan pemerintah. Sementara, Captain America menganggap perjanjian ini sebagai sebuah kerangkeng. Tak lama kemudian, Bucky alias The Winter Soldier yang menjadi antagonis film kedua, mendapatkan sorotan publik hingga menjadi buruan. Sebagai sahabat lama, Captain America melindunginya mati-matian dan ikut menjadi buronan.
Konflik lalu bergeser dengan perbedaan pendapat antara Cap dan Iron Man. Ketika permasalahan Bucky hendak diselesaikan oleh Cap, ternyata problema baru muncul lagi. Iron Man mengumpulkan timnya untuk memburu Bucky. Cap juga mendapatkan bantuan dari teman-teman yang percaya kepadanya. Pertempuran besar antar dua kubu dimulai, tim superhero Avengers pun pecah!
Secara keseluruhan, Captain America: Civil War bukanlah sebuah film dengan nada yang terlalu serius. Beberapa karakter sukses menghembuskan nafas komedi sesuai porsi masing-masing. Meskipun pada akhirnya, film ini sangat kental dengan drama persahabatan.
Perseteruan antara Captain America dan Iron Man juga tak klise. Alasan masing-masing boleh dibilang cukup masuk akal. Meskipun begitu, ada sosok antagonis hambar dengan watak yang datar dan motif yang dirasa kurang kuat.
Pertempuran tim Captain America dan tim Iron Man di tengah film tergolong sangat menghibur. Kapan lagi kita bisa melihat Spider-Man dan Ant-Man bertarung dengan kekonyolan mereka? Debut Black Panther di layar lebar juga terlihat luar biasa. Sayangnya, beberapa karakter superhero dirasa masih kurang dikembangkan walaupun tak terlalu merusak warna film ini.
Bagi para pecinta berat film laga, tentu aneh jika tak puas usai menyaksikan Civil War. Pasalnya di hampir setiap momen, adegan aksi ala The Winter Soldier yang melibatkan superhero Avengers selalu dihadirkan. Gaya sutradara Russo bersaudara dalam menyutradarai film ini juga sangat total dan maksimal.
Memang ada beberapa hal yang membuat alur cerita film ini terkesan agak dipaksakan, termasuk ketika antagonisnya muncul. Selain itu, terlalu banyak juga momen dramatis yang dirasa kurang maksimal. Beberapa benang merah dengan kisah masa lalu digambarkan secara berbelit-belit.
Sebagai film supehero ketiga di tahun 2016 usai Deadpool dan Batman v Superman, Captain America: Civil War bisa menjadi salah satu yang patut dikenang sepanjang masa, paling tidak 100 tahun ke depan. Maka, layaklah kalau film ini dirasa berhasil memenuhi ekspektasi para penggemar komik superhero.
+ There are no comments
Add yours