Los Angeles Latar cerita era abad ke-19 di Eropa untuk sebuah film horor, belakangan ini jarang diminati oleh sineas Hollywood. Kebanyakan justru mengambil setting di era modern saat ini. Akan tetapi, sejak Jumat (16/10/2015), bioskop Indonesia baru saja diisi oleh film Hollywood berjudul Crimson Peak yang mengambil setting di era 1800-an tersebut.
Boleh dianggap, film ini menjadi satu peluang bagi sutradara Guillermo del Toro untuk menghidupkan kembali genre horor tersebut. Nama Del Toro tentu masih dianggap sebagai sutradara besar mengingat ia sempat mengarahkan film-film megah seperti Pacific Rim, Hellboy, Hellboy II: The Golden Army, dan Pan’s Labyrinth.
Di Crimson Peak, Del Toro berusaha menonjolkan unsur horor dengan setumpuk misteri yang membuat penonton memutar otak sedemikian rupa. Sehingga, siapapun yang menyaksikan Crimson Peak bakal merasakan sensasi sementara sebagai seorang detektif.
Film ini dibuka dengan kemunculan Mia Wasikowska sebagai wanita muda bernama Edith Cushing. Penampilannya tampak lusuh dengan luka di wajahnya sambil berbicara tentang hantu dalam bentuk narasi. Dari situ, kita sudah dijejali oleh unsur misteri sebagai pembuka film.
Barulah alur mundur yang menunjukkan kemegahan Amerika di abad ke-19 ditampilkan dalam film ini. Sedikit demi sedikit, kita disuguhkan dengan keseharian Edith yang hanya hidup bersama ayahnya, sementara ibunya meninggal telah lama.
Edith selalu dihantui oleh penampakan makhluk mengerikan di rumahnya yang membuatnya ketakutan. Pada suatu ketika, hidupnya berubah setelah bertemu dengan Sir Thomas Sharpe (Tom Hiddleston) dan kakaknya, Lady Lucille Sharpe (Jessica Chastain).
Di sisi lain, Edith berhubungan akrab dengan dokter keluarganya, Dr. Alan McMichael (Charlie Hunnam) yang memiliki minat terhadap hantu. Pada suatu hari, diketahui bahwa Thomas Sharpe jatuh cinta dengan Edith yang menimbulkan rasa curiga dari sang ayah terhadap kakak beradik itu.
Satu kejadian tak diinginkan pun menimpa Edith yang malah membuatnya semakin cinta dengan Thomas. Akhirnya, keduanya menikah dan tinggal di rumah tua yang memiliki sebutan Crimson Peak di Inggris.
Ternyata, kakak Thomas, Lucille pun tinggal di tempat itu. Edith yang awalnya betah tinggal di dalam rumah barunya, pada akhirnya malah merasa tidak nyaman karena selalu diganggu oleh berbagai hantu.
Akan tetapi, sedikit demi sedikit pun ia juga tanpa sengaja mengungkap fakta mengerikan yang terjadi di dalam Crimson Peak. Sehingga, mau tak mau ia harus mempersiapkan dirinya agar tidak menjadi korban sia-sia di rumah barunya.
Crimson Peak memiliki kekuatan tersendiri dalam hal misteri serta visualisasi klasik yang mengagumkan. Bahkan, banyak unsur mengerikan yang justru datang dari tampilan grafisnya.
Tak hanya itu, film ini juga diiringi oleh alunan musik yang indah dan sangat cocok dengan suasana di seputar tokoh utama. Penggemar film bertema abad ke-19 juga bakal gembira begitu melihat banyaknya unsur tersebut di dalamnya.
Watak setiap tokoh di film ini tampak dingin dan ada kesan Del Toro menyesuaikan dengan keadaan aslinya kala itu. Akan tetapi jika menelusuri film-film arahannya terdahulu, bisa dibilang memang begitulah gaya penyutradaraan Del Toro.
Kelebihan lain film ini ada pada misteri yang menyelimuti beberapa karakter serta wujud penampakan hantu yang hanya dimunculkan kadang-kadang. Edith di sini jelas terjebak dalam situasi yang diselimuti teka-teki.
Tapi perlu dicatat juga bagi para penonton yang gemar membaca komik dan novel detektif atau film dengan bumbu misteri, teka-teki yang dihamparkan dalam Crimson Peak berpotensi sangat mudah ditebak.
Namun, Crimson Peak bisa memuaskan dahaga penonton yang menyukai karakter wanita dengan watak tegar dan kuat. Akan tetapi bagi yang berharap banyak terhadap penampakan hantu, bisa jadi kurang puas usai menontonnya.
Satu poin penting lain yang membuat film ini mudah diterka konsep dan jalan cerita terselubungnya adalah melalui adegan pembuka. Bagi yang terngiang-ngiang oleh penampilan Edith di awal film, pasti sudah tahu bakal dibawa ke mana klimaks film ini.
Tentunya, Crimson Peak bukanlah tontonan yang layak disaksikan bersama anak di bawah umur. Namun bagi yang memiliki jiwa detektif dan tak terlalu takut dengan hantu, film ini boleh dijajal bersama kerabat dekat atau sendirian. (Rul/Feb)
+ There are no comments
Add yours