Indonesia — Target bagi saya menjadi representasi yang pas untuk menggambarkan betapa mapannya industri film Korea, terutama dalam urusan eksplorasi ide cerita.
Film ini tetap memikat meski pun tidak bermodal visual megah, pemeran bertabur bintang, atau gencar promosi besar-besaran.
Cerita yang diusung sesungguhnya hanya mengambil premis sederhana. Penulis mengangkat fenomena jual beli barang bekas secara online yang marak dilakukan orang-orang di berbagai negara.
Barang yang dibeli juga kelewat sepele: satu unit mesin cuci bekas. Namun dari situ, penulis justru mengajak penonton merasakan teror pembunuh bayaran yang bengis dan tak kenal ampun.
Saya tidak menyangka cerita itu bisa diolah sedemikian rupa sehingga menjadi suguhan thriller penuh adrenalin. Sutradara Park Hee-gon juga piawai dalam mengemas teror yang dihadapi Soo-hyun (Shin Hye-sun) menjadi begitu mencekam.
Ia mampu menghadirkan ketakutan tersebut lewat pola yang beragam dan sulit ditebak. Hee-gon cukup kreatif dalam menyelipkan teror itu melalui aspek-aspek yang kerap bersinggungan dalam kehidupan sehari-hari.
Beragam teror itu secara perlahan menggerogoti satu demi satu ranah privat Soo-hyun. Target yang berawal dari premis sepele itu berubah menjadi perjalanan slow-burn yang liar dan semakin menegangkan.
Perpindahan dari satu sekuens teror menuju sekuens lainnya juga berjalan mulus. Semua terasa mengalir seiring dengan adrenalin yang terus memuncak hingga akhir cerita.
Sutradara Hee-gon juga kerap bermain-main dengan jumpscare dalam sejumlah adegan. Saya yang bukan penikmat adegan semacam itu pun berulang kali dibuat tercekat karena dibombardir teror jumpscare.
Kengerian itu mencapai klimaks ketika cerita tiba di sepertiga akhir, tepatnya saat si pembunuh bayaran akhirnya menampakkan diri.
Hee-gon juga mengubah sentuhan thriller dalam film itu, dari rentetan jumpscare menjadi aksi kejar-kejaran sang penjahat dengan detektif yang membantu Soo-hyun.
Kejar-kejaran yang berujung pertarungan hidup mati itu cukup tegang, hingga memaksa saya duduk hanya di ujung bangku. Emosi yang sudah terkuras sejak awal cerita nyatanya juga masih dihempas dengan klimaks yang tak kunjung berakhir.
Sekuens yang apik di akhir cerita itu bagi saya cukup untuk membayar kelemahan dari segi plot dan cerita. Kepuasan itu juga membayar penulisan cerita yang sebenarnya mudah diprediksi.
Film ini juga seolah tidak digarap untuk memantik rasa penasaran penonton sepanjang cerita. Penulis hanya menyuguhkan cerita dengan level standar yang cukup untuk mengakomodasi permainan emosi dan elemen thriller sepanjang film.
Eksekusi cerita yang memuaskan itu didukung dengan penampilan para pemeran yang memenuhi ekspektasi. Film ini tidak bergelimang aktor kelas A, tetapi semua bintang yang terpilih sanggup bermain dengan brilian.
Shin Hye-sun dan Kim Sung-kyun yang menjadi poros cerita menjawab ekspektasi saya dengan penampilan menawan. CV kedua aktor yang mentereng itu seolah menjadi jaminan performa memuaskan sepanjang film.
Hye-sun yang tengah berada di puncak karier usai Mr. Queen (2020) dan Innocence (2020) membawa Soo-hyun menjadi karakter yang memukau dari awal sampai akhir.
Aktris 34 tahun itu berhasil menyalurkan emosi Soo-hyun dengan jangkauan yang luas, dari kesal karena menjadi korban penipuan hingga ketakutan akibat diterpa teror tanpa henti.
Emosi yang disalurkan itu tak pelak berhasil sampai dan dipahami dengan mudah oleh penonton. Hal itu terbukti dengan banyaknya penonton di sekitar saya yang ikut gemas hingga heboh saat Soo-hyun diserang penjahat misterius.
Sementara itu, Kim Sung-kyun yang telah mempunyai reputasi wahid sebagai bintang film berhasil memberi warna baru dalam cerita Target. Ia menunaikan peran Detektif Joo dengan begitu meyakinkan, bahkan nyaris tanpa celah.
Karakter Detektif Joo juga semakin lengkap dengan kehadiran Detektif Naa yang dibintangi Kang Tae-oh. Aksi detektif junior dengan mentornya itu menciptakan kombinasi yang menyenangkan untuk ditonton.
Saya menyimpulkan bahwa Target adalah sajian yang cukup memenuhi standar sebuah tontonan thriller. Film ini memang tidak memiliki cerita kompleks penuh esensi, tetapi deretan jumpscare dan aksi ngeri yang ditawarkan sudah cukup untuk memuaskan adrenalin penonton.
Target juga bukan tontonan yang butuh konsentrasi demi memahami cerita. Penonton hanya butuh duduk manis melihat kisah mencekam Soo-hyun, sambil berandai-andai jika kejadian itu menimpa kita di dunia nyata.
Related Keyword:
+ There are no comments
Add yours