Review Film: Pasar Setan

Debut sebagai sutradara film, Wisnu Surya Pratama bekerja sama dengan IDN Pictures memproduksi sebuah film yang diambil dari cerita dan mitos lama asal Jawa Barat, bertajuk Pasar Setan. Mengusung konsep found footage membuat film Pasar Setan terasa nyata dan menarik perhatian publik tentunya. Film ini dibintangi oleh Audi Marissa, Roy Sungkono, Shindy Huang, Pangeran Lantang dan Agni Pratistha. Nama bintang yang baru didengar untuk film layar lebar, apakah Pasar Setan akan sesuai dengan ekspektasi?

Memiliki profesi sebagai Vlogger dan Content Creator horor tentu bukanlah hal yang mudah bagi Tamara Tiwu (Marissa). Membuat konten pencarian setan di tempat angker membuat karir Tamara melejit. Sampai suatu hari, konten yang Tamara dan timnya buat terdapat kebohongan yang tertangkap di kamera. Lelah menjadi buah bibir netizen, Tamara mengajak timnya, Kevin (Sungkono), Caca (Huang), dan Yunus (Lantang) untuk mendatangi tempat angker yang seringkali diceritakan oleh almarhum ibunya, yaitu pasar setan yang ada di Gunung Salak, Jawa Barat. Sesampainya di sana, banyak kejanggalan satu persatu bermunculan. Tanpa disadari, kedatangan mereka ke pasar setan merupakan balas dendam atas rasa sakit Tamara yang sering kali dicurangi oleh timnya sendiri. Dendam tersebut mengantarkan mereka kepada roh penunggu pasar setan terkuat, Nyi Salamah.

Menyajikan film Pasar Setan dinilai sudah berhasil meskipun untuk penggarapan pertama. Film ini diangkat dari kisah dan mitos dari para pendaki maupun penduduk sekitar Gunung Salak. Adapun sebuah cerita yang mengatakan bahwa siapa pun yang masuk pasar ini tidak akan bisa keluar, kecuali keturunan Nyi Salamah. Namun, sering kali ditemukan banyak kejanggalan dari segi penceritaannya. Jika siapa pun bisa bertemu dengan Nyi Salamah dengan cukup memanggil namanya, lantas apa fungsi tanaman tebu sebelumnya? Sepanjang cerita, banyak petunjuk yang mengesankan seolah penting, namun hingga akhir cerita, banyak hal masih belum terjelaskan.

Pasar Setan disajikan dengan dramatis dan sadis, apalagi menggunakan teknik found footage yang menjadikan filmnya terasa lebih nyata, seperti halnya Keramat (2009) dan Gonjiam: Haunted Asylum (2018). Plotnya mirip penceritaan Gonjiam, tentang konten kreator yang menghalalkan segala cara untuk terkenal, namun bicara intensitas ketegangan masih berada di bawahnya Walau dalam beberapa momen, pengambilan gambarnya mampu membuat intensitas ketegangan meningkat. Kemasan found footage nya juga terlihat terlalu cantik dan terkomposisi, berbeda dengan Keramat dan Gonjiam yang lebih tampak kasar. Sisi realisme juga semakin diperlemah sisi make-up sosok setan-setannya yang tampak terlalu berlebihan sehingga terlihat kurang menyeramkan, walau untuk aksi-aksi sadisnya terlihat nyata.

Film ini memiliki kisah yang relate dengan masa sekarang, namun sayangnya memiliki pengemasan cerita yang belum baik. Kombinasi antara budaya lokal dan mitos di antara para vlogger menjadi tema menarik. Banyak vlogger nekat, rela berbuat apa pun tanpa melihat konsekuensi. Kisah film ini bisa menjadi tamparan keras bagi mereka agar berhati-hati dalam bertindak. Melalui kemasan found footage-nya, Pasar Setan layak untuk menjadi tontonan penikmat horor. Mari Kita tunggu, akankah Pasar Setan mampu bersaing dengan film horor lainnya? Kita lihat nanti.

Related Keyword:

Bet4D

Bet4D

Bet4D

Bet4D

Bet4D

Bet4D

Login Bet4D

Login Bet4D

Masuk Bet4D

Masuk Bet4D

Link Alternatif Bet4D

Link Bet4D

Daftar Bet4D

Link agen togel

Situs togel

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours